Iran

 Bazaar of Esfahan 

Ulama penulis kitab hadist yang terkenal

Ulama penulis kitab hadist yang terkenal:

Imam Bukhari

Ia terlahir di Bukhara pada 13 Syawal 194 H bertepatan dengan 21 Juli 810 M. Beliau adalah ahli hadis termasyhur. Imam Bukhari dijuluki amirul mukminin fil hadits atau pemimpin kaum mukmin dalam hal ilmu hadis. Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju’fi al-Bukhari. Tak lama setelah lahir, Imam Bukhari kehilangan penglihatannya. Bersama gurunya Syekh Ishaq, ia menghimpun hadits-hadis shahih dalam satu kitab, dari satu juta hadis yang diriwayatkan 80 ribu perawi disaringnya menjadi 7.275 hadis. Ia menghabiskan waktunya untuk menyeleksi hadits shahih selama 16 tahun. Shahih Bukhari adalah salah satu karyanya yang paling fenomenal.

Imam Muslim

Imam Muslim lahir pada 204 H atau 819 M. Ada pula yang berpendapat beliau lahir pada tahun 202 H atau 206 H. Seorang ahli hadis kontemporer asal India, Muhammad Mustafa Azami, lebih menyetujui kelahiran Imam Muslim pada 204 H. Azami dalam  Studies In Hadith Methodology and Literature, mengatakan, sejarah tidak dapat melacak garis keturunan dan keluarga sang imam. Sejarah hanya mencatat aktivitas Imam Muslim dalam proses pembelajaran dan periwayatan hadis. Pada masa beliau, rihlah (pengembaraan) untuk mencari hadis merupakan aktivitas yang sangat penting. Imam Muslim pun tak ketinggalan mengunjungi hampir seluruh pusat-pusat pengajaran hadis. Adz-Dzahabi dalam karyanya  Tadzkirat al-Hufazh menyebutkan bahwa Imam Muslim mulai mempelajari hadis pada 218 H. 

Ia menulis kitab Al-Musnad ash-Shahih atau  yang lebih dikenal dengan  Shahih Muslim. Kitab yang satu ini menempati kedudukan istimewa dalam tradisi periwayatan hadis. Dan, dipercaya sebagai kitab hadis terbaik kedua setelah kitab Shahih Bukhari karya Imam Bukhari.

Imam Abu Dawud

Ia bernama lengkap Sulaiman bin al-Asy’ats bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin Amru bin Amir al-Azdi al-Sijistani. Dunia Islam menyebutnya Abu Dawud. Beliau adalah seorang imam ahli hadis yang sangat teliti dan merupakan tokoh terkemuka para periwayat hadis. Ia dilahirkan pada tahun 202 H/817 M di Sijistan. Menurut Syekh Muhammad Said Mursi, dalam Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Imam Abu Dawud, dikenal sebagai penghafal hadis yang sangat kuat. Ia menguasai sekitar 500 ribu hadis. Sejak kecil, Abu Dawud sudah mencintai ilmu pengetahuan.

Imam At-Tirmizi

Imam At-Tirmidzi adalah orang pertama yang mengelompokkan hadis dalam kategori hasan, di antara sahih dan dhaif. Imam At-Tirmidzi adalah satu dari enam ulama hadis terkemuka. Nama besarnya mengacu kepada tempat kelahirannya, yaitu Turmudz, sebuah kota kecil di bagian utara Iran. Nama lengkapnya Muhammad bin Isa bin Saurah bin Adh-Dhahak As-Salami Al-Bughi. Ia sering dipanggil Abu Isa. Lahir pada bulan Zulhijjah tahun 209 Hijrah. Yusuf bin Ahmad al-Baghdadi, menuturkan, Abu Isa mengalami kebutaan pada masa menjelang akhir usianya. Semenjak kecil, At-Tirmidzi sudah gemar mempelajari berbagai disiplin ilmu keislaman, termasuk ilmu hadis. Ia mulai mempelajari ilmu hadis ketika berumur 20 tahun di sejumlah kota-kota besar di wilayah kekuasaan Islam saat itu, di antaranya adalah Kota Khurasan, Bashrah, Kufah, Wasith, Baghdad, Makkah, Madinah, Ray, Mesir, dan Syam.

Ibnu Majah

Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Abdullah bin Majah Al Quzwaini. Ia dilahirkan pada tahun 207 Hijriah dan meninggal pada hari selasa, delapan hari sebelum berakhirnya bulan Ramadan tahun 275. Ia menuntut ilmu hadis dari berbagai negara hingga beliau mendengar hadis dari madzhab Maliki dan Al Laits. Sebaliknya banyak ulama yang menerima hadits dari beliau. Ibnu Majah menyusun kitab Sunan Ibnu Majah, salah satu kitab yang masuk dalam Kutub As-Sittah.

Sumber: http://www.republika.co.id

Zaman Gemilang Islam di Era Abbasiyah

Tak hanya terobosan dalam tata pemerintahan, pada masa Abbasiyah, tradisi keilmuan berkembang pula. Salah satu yang terlihat jelas adalah metode penulisan sejarah. Philip K Hitti dalam History of the Arabs menyatakan, pada masa Abbasiyah, metode penulisan sejarah telah matang untuk melahirkan karya sejarah formal.

Pada masa sebelumnya, penulisan sejarah dilakukan berdasarkan legenda dan anekdot pada masa pra-Islam. Pun, didasarkan pada tradisi keagamaan yang berkisar pada nama dan kehidupan Nabi. Namun, saat Dinasti Abbasiyah berkuasa, penulisan sejarah mengalami kemajuan. Penulisan dilekatkan pada legenda, tradisi, biografi, geneologi, dan narasi.

Sejarah juga diriwayatkan melalui penuturan para saksi atau orang yang sezaman dengan penulis. Ini dilakukan melalui sejumlah mata rantai para saksi sejarah. Metode ini dinilai telah menjamin keakuratan data bahkan hingga penanggalan kejadian, meliputi bulan dan hari kejadian.

Sejarawan formal pertama pada masa itu adalah Ibn Qutaybah yang bernama lengkap Muhammad ibn Muslim Al Dinawari. Ibn Qutaybah meninggal dunia di Baghdad pada 889 Masehi setelah menuntaskan penulisan bukunya, Kitab Al Maarif atau Buku Pengetahuan.

Sejarawan ternama lainnya yang sezaman dengannya adalah Abu Hanifah Ahmad ibn Dawud Al Dinawari. Ia tinggal di Isfahan. Karya utama Al Dinawari adalah Al Akhbar Al Thiwal (Cerita Panjang), yang merupakan sejarah dunia dari sudut pandang Persia. Di kemudian hari, muncul nama Abu Al Hasan Ali Al Mas’udi.

Di kalangan sejarawan Muslim, ia mendapat julukan Herodotus bangsa Arab. Sebab, Al Mas’udi dianggap sekelas dengan sejarawan Yunani, Herodotus yang hidup pada abad ke-5 Masehi. Al Mas’udi oleh para pemikir dianggap telah memprakarsai metode tematis dalam penulisan karya-karya sejarah.

Metode yang Al Mas’udi gunakan tidak seperti metode yang digunakan sejarawan ternama, Al Thabari, yang dalam menyusun karya sejarah berdasarkan tahun kejadian. Dalam menulis, ia mengelompokkan berbagai peristiwa sejarah berdasarkan dinasti, raja, serta masyarakatnya.

Metode tersebut kemudian diikuti oleh para ahli sejarah lain, seperti Ibn Khaldun. Al Mas’udi juga merupakan orang yang pertama kali menggunakan anekdot-anekdot sejarah. Ia berkelana mencari ilmu hingga ke Baghdad, Asia, dan Zanzibar. Pada dekade terakhir kehidupannya, Al Mas’udi berada di Suriah dan Mesir untuk menulis 30 jilid buku yang berjudul Muruj al Dzahab wa Ma’adin al Jawhar (Padang Emas dan Tambang Batu Mulia). Ini karya geografis bergaya ensiklopedia.

Pada bagian awal karyanya, Al Mas’udi mengatakan daerah-daerah yang tandus pada mulanya adalah lautan dan daerah yang sekarang lautan pada mulanya adalah daerah tandus. Menurut dia, hal tersebut terjadi karena kekuatan alam. Sedangkan dalam karyanya yang berjudul Al Tanbih wa Al Isyraf, Al Mas’udi mengungkapkan pemikirannya tentang filsafat sejarah dan alam. Ia juga mengutip sejumlah pendapat ahli filsafat pada masa itu. (republika.co.id, 7/4/2010)

Sumber : Potret Gemilang Islam di Era Abbasiyah

Pengertian Hadits

Pengertian Hadits

Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur’an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Continue reading

FADHILAT AL-QURAN

FADHILAT AL-QURAN
Nabi Muhammad s.a.w. bersabda yang bermaksud:

“Barangsiapa hendak berdialog dengan Allah s.w.t. maka bacalah Al-Quran”

Riwayat dari Utsman ibn Affan r.a. berkata :Nabi Muhammad s.a.w.  bersabda yang bermaksud: “Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Quran lalu mengajarnya.”

Al-Hakim mengikhraj dari Ibnu Mas’ud:”Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitab Allah s.w.t. (Al-Quran) maka baginya pahala satu HASANAH (satu kebajikan) dan satu HASANAH itu berganda sepuluh. Tidak aku katakan ALIF-LAAAM-MIIIN adalah satu huruf, melainkan ALIF satu huruf, LAAAM satu huruf dan MIIIN satu huruf.”

Nabi Muhammad s.a.w.  bersabda yang bermaksud:

“Kau pergi dipagi hari lalu kau belajar satu ayat dari Kitab Allah s.w.t. (AL-QURAN), sungguh hal itu lebih baik bagimu daripada kau lakukan solat seratus rakaat.”

Dan diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.:

“Barangsiapa mendengarkan satu ayat dari Kitab Allah s.w.t. maka dicatatkan untuknya HASANAH berganda, dan barangsiapa membaca satu ayat Kitab Allah s.w.t. maka ayat itu merupakan nur baginya kelak dihari kiamat.”

Juga diriwayatkan dari Abu Hurairah bahawa Nabi Muhammad s.a.w. bersabda yang bermaksud:

“Hai Abu Hurairah, pelajarilah Al-Quran dan ajarkanlah kepada manusia, dan kau selalu begitu hingga datang maut menghampirimu dalam keadaan begitu maka para malaikat berduyun-duyun kemakammu sebagaimana orang-orang mukmin berduyun-duyun keBaitullah al-Haram.”

Nabi Muhammad s.a.w. bersabda yang bermaksud:

“Barangsiapa mengajarkan kepada anaknya satu ayat  Al-Quran maka hal itu lebih baik baginya daripada ibadah selama seribu tahun, (iaitu) berpuasa disiang hari dan solat dimalam hari selama seribu tahun dan lebih baik baginya daripada seribu dinar yang ia sedekahkan kepada kaum fakir miskin.”